Desember 24, 2010

Tiga Langkah Terapkan Stroke-Up !!!!

OTOMOTIFNET - Untuk mendapatkan kapasitas silinder yang lebih besar lagi, biasanya selain mengaplikasi piston berdiameter gede, ditambah dengan memanjangkan langkah pistonnya. Makanya gak heran kalau dengar ada motor yang kapasitas mesinnya bisa 3 kali lipat lebih besar dari kapasitas standar.

Paling sering ditemui pembesaran kapasitas segede itu di Yamaha Mio. Skutik berlambang Garputala ini kapasitas mesin standarnya kan cuma 115 cc. Tapi bisa dibig-bore hingga 300 cc, bahkan sampai 350 cc. Weleh..weleh..!

Nah, guna mendapatkan kapasitas mesin sebesar itu tentu tak cukup hanya mengganti piston berdiameter gede. “Stroke-nya juga mesti naik banyak,” bilang Jessi Ligasiswanto, bos speed shop JP Racing yang beralamat di Jln. Cendrawasih No.6 E-F, Sawah Lama, Ciputat, Tangerang.

Pemanjangan langkah piston tersebut bisa dilakukan pakai 3 cara. Yakni menggeser lubang big end (pin kruk as) agak keluar, bisa juga cukup mengganti pen stroke pakai yang model offset atau sering disebut pen stroker. Atau mengaplikasi kruk as yang stroke-nya sudah naik.



Kalau enggan coak ruang kruk as di crank case bawaan mptor, bisa tebus crank case big bore custom jadi

Part yang disebut terakhir untuk Mio/Nouvo belakangan sudah mulai banyak di pasaran. Enggak tanggung-tanggung lo, ada yang stroke-upnya hingga 82 mm. Padahal stroke standar Mio cuma 57,9 mm. Artinya pemanjangan langkah pistonnya sampai 24,1 mm. Weekks...kok bisa?

Seperti bikinan lokal yang ada di gerai JP Racing. “Itu hasil modifikasi pakai kruk as motor lain yang diameter bandulnya lebih gede dari standar Mio. Diameter bandul mencapai 112 mm dan pakai setang seher K125,” bilang Coki, sapaan akrab Jessi sembari menyebutkan angka Rp 3 juta untuk part tersebut. Oooo..pantez!

Ada juga, lanjut Coki, buatan Taiwan dengan panjang stroke 76 dan 78 mm. Diameter bandulnya cuma 108 mm. “Kalau yang ini (made in Taiwan), gak ada las-lasan kayak yang buatan lokal tadi. Mirip kruk as standar, tapi diameter bandulnya gede. Khusus dirancang untuk Mio/Nouvo penganut big bore,” terangnya. Banderolnya sama, yaitu Rp 3 Juta.

Atau kalau mau lirik produk custom dari Jepang, bisa sambangi gerai MC Racing di Jl. Kebon Jeruk IX, Kota, Jakbar. “Panjang stroke mulai 7 mm, 8 mm sampai 9 mm. Tinggal pasang dan sudah dijamin presisi,” beber Marcel, punggawa MC Racing. Banderolnya mulai Rp 2,5 – 3,5 juta.

Namun syaratnya bila mengaplikasi kruk as stroke-up seperti ini, ruang kruk as di crank-case mesti diperbesar lantaran diameter bandul kruk as lebih gede dari standar bawaan pabrik. Atau kalau enggan repot, bisa tebus crank-case big bore jadi yang ruang kruk asnya sudah digedein. Banderolnya sekitar Rp 1.750.000.

“Selain itu paking blok silinder bawah mesti pakai yang tebal,” tambah Marcel. Boleh custom sendiri di tukang bubut pakai pelat aluminium, atau beli jadi. Harganya berkisar Rp 75 – 250 ribu tergantung tebalnya. Mulai yang 3 mm, 5 mm, 6 mm, 13 mm hingga 35 mm pun ada.

Paket Bore Up Yamaha Jupiter MX 135, Buat Harian Cukup 150 cc

OTOMOTIFNET - Meski kapasitas mesin Yamaha Jupiter MX 135 sudah cukup besar (135 cc), tapi banyak pemiliknya yang ingin bore-up. Alasannya, “Biar tarikan bawah gak berat dan lebih gigit. Sebab tarikan awal itu penting buat unjuk gigi,” kata Heryanto warga Tomang, Jakbar, salah satu pembesut ‘motor Komeng’  ini.

Nah, untuk mengatasi problem seperti di atas, OTOMOTIF pun lantas cari solusi. Akhirnya, berhasil mendata beberapa bengkel racing yang menawarkan paket mengatrol tenaga bebek super ini. Berikut ini, beberapa bagian penting yang mesti diubah.

Piston
Seperti biasa diganti yang diameternya lebih besar. Pilihannya, ada seher Suzuki Thunder 125, Honda Tiger, Yamaha V-Ixion dan Yamaha Scorpio Z. “Sebenarnya mem-bore-up pakai piston Thunder 125 sudah bisa melonjakkan kapasitas mesin jadi 150 cc, dan itu pas untuk pemakaian harian. Lebih dari itu pasti kurang enak dan getaran mesin terasa sekali. Kecuali buat balap, ya,” kata Sarjana bos bengkel Sweet Martabak Racing (SMR), di Jl. Joglo Raya No.165, Kembangan, Jakbar.


Gbr 1

Gbr 2

Gbr 3
Kalau di ajang drag race, biasanya pakai seher Honda Tiger, volume mesin pun terkatrol jadi 250 cc dan jika memilih Yamaha Scorpio Z lebih gila lagi, kapasitas mesin langsung membengkak jadi 300 cc. Sayang kan, kalau buat harian.

“Tapi ada juga yang memasang satu set blok Yamaha V-Ixion berikut seher, ring, pen dan pakingnya. Hasilnya sama kayak pakai seher Thunder. Bedanya, gak perlu mengubah mesin, jadi kalau mau bikin standar lagi lebih gampang,” jelas Herry C pemilik gerai IMMAX Speedshop (gbr.1).

Koil dan CDI Racing
Ikut dimaksimalkan lewat pengaplikasian produk aftermarket.  “Ini demi meningkatkan lompatan bunga api di busi. Agar kerja mesin lebih ringan dan optimal,” urai Sigit dari bengkel Anchezher Junior, di Jl. Panjang Kelapa Dua No.31, Jakbar.

CDI pun banyak ragamnya, bisa pilih Rextor, BRT, FCCI dari Thailand, bahkan ada yang memakai CDI punya Yamaha Mio (standar). Untuk koil, tipe favorit dari para jago kilik ini tetap memilih koil Yamaha YZ 125 (gbr.2). “Api busi lebih besar, mengimbangi pembakaran di ruang mesin yang besar dan efeknya, tarikan juga lebih gahar, tuh!” timpal Herry yang buka gerai kawasan Jl. Jeruk Bali 3 No.8, Kepa Duri, Jakbar.

Karburator dan Knalpot

Peranti pengabut juga penting mengadopsi tipe racing. “Umumnya karbu yang dipilih tetap pada PE berventuri 28 mm. Selain relatif lebih terjangkau, entakan tenaga yang dihasilkan juga lumayan galak,” ungkap Sigit yang besutannya sudah pakai karbu itu (gbr.3).

Sedang knalpot sebagai pendukung kinerja dapur pacu lebih mantap turut mengandalkan model kompetisi. “Kalo tipe racing, pada bagian dalam silencer-nya sengaja didesain tidak terlalu banyak sekat atau saringan, sehingga gas buang pun keluar lebih plong,” imbuh Kancil panggilan akrab Sarjana.

Paket ala SMR (Telp.021-9206-9877)
150 cc (Rp 1,6 juta): Piston set Suzuki Thunder 125, CDI Yamaha Mio dan knalpot racing custom, Noken as custom, porting-polish + setting

300 cc (Rp 10,2 juta): Piston set Yamaha Scorpio, koil YZ125, Klep in/out Thunder 125, gigi rasio custom, CDI Rextor program, knalpot racing, karbu PE 28, Noken as racing, stroke-up, porting-Polish + setting

Paket ala Anchezher Junior (Telp.021-94215116)
150 cc (Rp 3 juta): Piston set Thunder 125, noken as CLD-Kawahara, CDI BRT dualband, knalpot SKR, karbu PE 28, porting-polish + setting

250 cc (Rp 5 juta): Piston set Honda Tiger, magnet papas, Stroke-up, klep in/out custom, balancer setting, CDI BRT, gigi rasio, karbu PE 28, noken as custom, koil YZ125, knalpot racing, porting-polish + setting

Paket ala Immax Speedshop (Telp.0856-1838813/021-98602680)
150 cc (Rp 3,9 juta): Blok mesin, piston set Yamaha V-Ixion, CDI FCCI (harian), Karbu PE 28, noken as FCCI racing 280, knalpot DBS aluminium

185 cc (Rp 4,7 juta): Piston set 63 mm Shark, CDI FCCI (harian), Karbu PE 28, noken as FCCI racing 330, knalpot DBS stainless

Bikin Ngacir Motor Sport Ala Anak Sekolah, Budget Di Bawah Rp 1 Juta !!!

OTOMOTIFNET - Gak jarang ada orang tua yang tak sayang membelikan anak motor jenis sport buat transportasi ke sekolah. Padahal tahu sendiri, motor jenis ini harganya lumayan mahal. Itu juga umumnya atas permintaan si anak lantaran motor jenis ini dianggap lebih ‘laki' banget dan larinya lebih sip ketimbang bebek.

"Minimal meski dibeliin jenis bebek, tapi yang berkarakter sport kayak Yamaha Jupiter MX, Suzuki Satria FU atau Kawasaki Athlete," tukas Firman, siswa kelas 3 salah satu SMU Swasta di Jakarta Selatan.

Namun walau sudah mengusung performa mantap, tetap saja banyak pelajar yang ingin lari motornya lebih ngacir dari standar pabrik. Pasti alasannya satu, "Biar gak dikatain cupu sama teman-teman," bilang Firman. Makanya wajar kalau bengkel-bengkel racing kerap didatangi mereka untuk meng-upgrade performa motor kesayangannya.

Intake

Karburator

Noken-as

Kampas kopling
"Modif kenceng yang mereka minta umumnya gak mahal-mahal. Rata-rata budget-nya di bawah Rp 1 jutaan. Maklum duit mereka kan terbatas. Itu pun kadang mereka ngumpet-ngumpet dari ortunya. Karena takut dilarang," beber Rusli ‘Kuda', mekanik Ahau Motor di Jl. Akses UI, Kelapa Dua, Depok, Jabar yang khusus menangani upgrade performa mesin.

Ubahan yang dilakukan beragam. Mulai dari sekadar ganti part PnP high performance kayak knalpot free flow, CDI, kampas kopling, per kopling, kem berdurasi tinggi, karburator hingga porting-polish. Nah, pasti Anda pengin tau apa saja sih part PnP yang bisa ditebus dengan budget Rp 500 - Rp 1 juta?

Untuk saluran gas buang freeflow, buat bebek berkarakter sport yang tadi disebutkan maupun jenis sport tulen kayak Suzuki Thunder 125, Honda Mega Pro, Tiger, Yamaha V-Ixion, Scorpio, Bajaj XCD 125, Pulsar series dan sebagainya, memang ada yang harganya Rp 250 ribu hingga Rp 2 jutaan.

Tapi kalau ingin dikombinasi CDI aftermarket unlimiter, sebaiknya knalpot cukup pilih paling mahal sekitar Rp 500 ribu saja. Agar sisa duit masih bisa buat beli CDI racing kayak produk BRT Hyperband atau Neo Hyperband, Varro, Rextor Adjustable, XP Andrion dan sebagainya  (mulai Rp 250 - 610 ribu).

Atau bisa juga diakali dengan cukup membobok knalpot standar. Biayanya dijamin lebih terjangkau, namun hasilnya lumayan dalam mendongkrak tenaga maupun torsi. "Untuk MX 135, Satria FU dan motor jenis sport biaya bobok knalpot sekitar Rp 100 - 150 ribuan," bilang Edi Karyadi, juragan knalpot merek 3D1 di Jl Raya Sawangan, Depok.

Sisa duit kalau menerapkan cara ini, kan masih bisa buat nebus yang lain. Misalnya ganti karburator Keihin PE 24 atau 28 yang di pasaran sekitar Rp 450 - 550 ribu. Plus jet kit-nya (main jet/pilot jet) tinggal nambah Rp 50 - 100 ribu.

Lalu untuk mengoptimalkan kerja penerus dayanya, bisa tebus kampas kopling racing kayak merek Daytona, BRT dan sebagainya yang di pasaran dibanderol sekitar Rp 95 - 160 ribu/set (ada buat Tiger, Scorpio, V-Ixion, Satria FU). Bila perlu sekalian sama per kopling yang agak keras biar cengkraman kampas kopling lebih sip. Di pasaran ada produk Inspiro, BRT, CLD dan lain-lain yang dilego sekitar Rp 85 - 115 ribu/set.

Bisa juga kombinasi yang diterapkan seperti ini, terutama buat pemilik Mega Pro atau Tiger. Yakni bobok knalpot (Rp 150 ribu) + ganti kem racing (merek WRD Rp 350 ribu), CDI racing (BRT Hyperband 400 ribu) + jetting karbu (Rp 50 - 100 ribu).

Sementara bagi yang ingin melakukan porting-polish, rata-rata untuk motor berkarakter atau berjenis sport biayanya lebih mahal Rp 100 - 150 ribu dibanding bebek biasa. "Plus setting di kami untuk jenis sport sekitar Rp 550 ribu. Itu di luar harga paking," tukas Eka, mekanik general workshop AHRS di Jl. Tole Iskandar, Depok Timur.

Beda Busi Panas Dan Busi Dingin !!!

OTOMOTIFNET - Tiap motor (tipe mesin bakar), pasti punya busi. Yakni penghasil percikan bunga api pada sistem pengapian yang berfungsi membakar campuran bahan bakar dan udara di ruang bakar. Pemakaian busi yang tepat akan memperoleh performa mesin optimal. Tapi harus memperhatikan beberapa hal penting, yaitu; suhu lingkungan, kapasitas ruang bakar dan perbandingan kompresi mesin. 

Gbr 1

Gbr 2

Gbr 3

Gbr 4
“Pemakaian motor di lingkungan panas atau dingin, akan memberikan radiasi panas terhadap mesin berbeda. Lalu, mesin dengan piston besar, akan memberi panas lebih tinggi dibanding motor ber-cc kecil. Nah, kian besar rasio kompresi ruang bakar, lebih panas ketimbang mesin dengan kompresi rendah. Untuk itu businya kudu sesuai,” beber Yuli Santoso, kepala mekanik Suzuki Dewi Sartika di Jaktim.

Hal inilah lantas diciptakan busi tipe panas dan dingin. Perbedaan keduanya ada pada panjang insulator. Busi dingin punya ujung insulator lebih pendek, sedang busi panas lebih panjang (gbr.1). “Angka tertera pada busi juga sebagai petunjuk tipe busi panas ataupun dingin. Makin besar angkanya, menandakan tipe busi kian dingin dan sebaliknya,” imbuh Yuli.

Contoh busi NGK berkode C6HSA dengan CR8E (gbr.2). Angka 6 pada kode pertama, menandakan busi panas. Ditambah bisa dilihat dari insulator-nya lebih panjang. Sedang angka 8 pada kode kedua, mendandakan busi dingin (insulator lebih pendek).

Busi Panas
Punya kemampuan susah melepas panas dan mudah jadi panas dibanding busi standarnya. Busi tipe ini enggak cocok bila bekerja pada temperatur ruang bakar tinggi. Sangat cocok bila dipakai untuk motor standar (sesuai bawaan pabrik).

“Jika temperatur ruang bakar mencapai sekitar 850º Celcius, maka akan terjadi proses ‘pre-ignition’, di mana bahan bakar akan menyala sendiri sebelum busi memercikkan bunga api. Kondisi ini biasa disebut overheating (pemanasan ekstrem). Warna busi putih pucat (gbr.3),” tegas Dwi Angga, service advisor Yamaha Pos Pengumben di daerah Jakbar.

Busi Dingin
Mudah melepas panas dan mudah jadi dingin. Busi tipe ini tak tepat bila bekerja pada temperatur ruang bakar yang rendah. Lebih cocok dipakai untuk motor khusus buat balap (bore-up).

“Jika temperatur ruang bakar terlalu rendah, hingga di bawah 400º Celcius, maka akan terjadi proses ‘carbon fouling’, yakni bahan bakar tak mampu terbakar sempurna sehingga bahan bakar yang tak terbakar akan menumpuk pada busi. Warna busi hitam kering (gbr.4),” ulas Safrudin, kepala bengkel Clara Motor II di kawasan Kebon Jeruk, Jakbar.

Penumpukan endapan karbon ini akan menyebabkan tumpukan kerak karbon yang lama-lama jadi keras dan bisa jadi sumber panas kedua (arang) setelah busi. Hal inilah yang menyebabkan gejala ‘detonasi’ atau ‘knocking’ (ledakan kedua, setelah busi memercikkan bunga api).

Nah bila motor Anda masih standar, sebaiknya aplikasi busi sesuai anjuran pabrik. “Efek bila aplikasi busi yang tak sesuai, saat start awal mesin susah hidup dan tenaga awal kurang bagus dikarenakan pembakarannya jadi kurang sempurna,” wanti Yuli.

Up Grade Performa Suzuki Satria FU, Dengan Piston Karimun !

OTOMOTIFNET - Banyak alasan yang me­latari pemilik Su­zu­ki Satria FU 150 untuk mendongkrak per­for­ma­nya. Ada yang kurang puas sama tenaga standar, ada pula yang berargumen agar kuda besinya itu bisa memenuhi kebutuhan sehari-hari dalam beraktivitas yang kerap stop and go. Oke dehhh...

Apapun reason-nya, pilihan ada di tangan Anda. Seperti ka­ta Iqbal yang meng-upgrade tung­gangannya itu. “Yah, manusia kan enggak ada puasnya, hehehe...”

Gbr 1

Gbr 2

Gbr 3

Gbr 4
Pilihannya, tentu saja di-bore-up. Budget-nya pun beragam. Nah, kalo mau yang pahe alias paket hemat, bisa lirik tawaran Kahfi Wijaya.

Demi memenuhi kebutuhan FU-mania pencita kecepatan, me­kanik dari bengkel K-22 Racing (K-22R) ini menyodorkan paket bore-up dengan biaya Rp 500 ribuan. Sudah pasti, Anda pun bisa menyesuaikan dengan isi kantong, kan?

Lalu, paket apa yang di­ta­war­kan workshop di kawasan Jl. Raya Fatmawati, Jaksel itu? “Buat mendongkrak kapasitas mesin, saya mengaplikasikan piston punya mobil Suzuki Karimun dan pastinya bore-up itu juga masih bisa dipakai buat harian, lo!” kata Kahfi (tak terlalu boros BBM).

Maklum, dari sekian banyak keluhan konsumennya, rata-rata bilang tarikan atas agak lemot. “Kalo pakai seher Karimun, dijamin tarikan bawah sampai atas jalan terus dan ngacir!” promosi mekanik sekaligus pemilik K-22R itu. Mau tahu isi dalamnya?

Isi paketan terdiri dari seher plus ring, pen seher, boring, dan ongkos bongkar pasang (gbr.1). Lalu, buat aplikasi seher berdiameter 65 mm itu gak banyak yang dirombak pada crankcase-nya dan pantat peranti itu gak dipotong. “Jadi masih aman, deh!” jaminnya.

Karena tipe mesin Satria DOHC dengan 4 klep, maka ujung kepala seher mobil dicoak menyesuaikan got atau celah peranti tadi (gbr.2). Di bagian pengikat seher alias pen masih berukuran sama (16 mm) (gbr.3). Jadi, setang seher pun eng­gak diganti.

Lalu, boring asli ditukar baru (gbr.4). “Kalo mau balik standar lagi, mendingan bawa blok mesin bekas, tapi kondisinya masih bagus. Jadi, kalo sewaktu-waktu bosan bisa bongkar pasang,” lanjut pria yang kerap ngoprek mesin Satria 2 dan 4-Tak ini.

Karburator tetap pakai asli pabrikan. Sedang pada pilot dan main jet tidak dapat alias beli sendiri. “Karena spuyernya (pilot dan main jet) mengikuti permintaan mesin itu sendiri,” tutup lulusan teknik mesin dengan memberikan garansi selama satu bulan.
Tabel parts dan harga
Seher+ring Karimun Rp 250 ribu
Pen Karimun (16 mm) Rp 40 ribu
Boring Rp 130 ribu
Paking alumunium Rp 40 ribu
K-22 Racing: 021-97797033

JANGAN BINGUNG PILIH PISTON CEMBUNG !!!

OTOMOTIFNET - Sebagai jantung dari mesin, piston memiliki peran penting soal tenaga yang dihasilkan. Dengan kompresi yang dibuatnya, ledakan campuran bahan bakar pun akan memanfaatkan piston sebagai satu-satunya sumber penggerak di mesin.

Memang kerjanya cukup berat, bahkan untuk keperluan meningkatkan performa lebih dahsyat, piston pun memerlukan perlakuan berbeda. Salah satunya lewat mengganti bentuk seher dengan permukaan lebih cembung alias piston dome atau jenong.



Kubah silinder, volume ruang kompresi berada di sini

Piston flat, relatif kompresi kurang dari 10:1


Ketinggian dome diukur dari bibir piston (pake sigmat)
Tujuannya agar kompresi yang dihasilkan lebih tinggi. Sebab dengan permukaan piston yang lebih menonjol volume ruang kompresinya pun semakin sempit sehingga tekanannya menjadi lebih besar. Dengan begitu Rasio kompresinya pun meningkat.

Menurut Akiang, dari Rudi Jaya Motor di Jl. Ciputat Raya, rasio kompresi penggunaan piston jenong ini bisa mencapai 15:1. Tentu di bawah itu pun bisa juga. "Bisa disesuaikan sama rasio kompresi yang diinginkan," ujarnya.

Untuk mengetahuinya bisa dilakukan dengan buret. "Jadi dengan kondisi kepala silinder terpasang dan piston berada pada Titik Mati Atas, lantas diburet," ujarnya. Dari sana cairan yang masuk akan diketahui berapa cc isi dari ruang kompresinya (buret).

Setelah diketahui berapa cc dari buret tadi, akan didapat rasio kompresinya. Dengan perhitungan Rasio kompresi = (volume mesin + volume buret) : volume buret. Sementara volume mesin didapat dari perhitungan Volume mesin = 0,785 x diameter piston x diameter piston x langkah piston.

Misal piston berdiameter 54 mm, dengan langkah 62 mm, berarti volumenya 0,785 x 54 x 54 x 62 = 142 cc. Lalu setelah diketahui volume buret adalah 15,9 cc, maka rasio kompresinya (142+2) : 15,9 = 9:1 itu dalam kondisi standar.

Jika ingin menaikkan kompresinya, misalkan menjadi 13:1 maka diperlukan volume ruang kompresi yang berbeda. "Di sana diperlukannya piston jenong," tutur Akiang. Maka diperlukan ruang kompresi 142/(13-1)= 11,8 cc. Dari sana bisa ditentukan piston jenongnya, diukur menggunakan buret juga dengan cara sama.

Jadi, dalam memilih piston jenong tak bisa asal jenong saja, mesti dicocokkan dengan volume mesinnya dulu. "Di pasaran ketinggian dome pun berbeda-beda, tergantung cc (volume, red) mesinnya," ungkap Akiang.

Misalkan pada motor 110 cc, ketinggiannya 5 mm, sementara untuk 125 hanya 3 mm saja. "Untuk mengukur ketinggian dome-nya diukur dari bibir piston," ujarnya. Sementara untuk memilih piston yang berkualitas, menurut lelaki yang memiliki tim balap itu, bisa dengan mencari referensi pengguna yang sudah memakai piston itu.

"Kualitas piston ini memang baru ketahuan setelah dicoba dulu," katanya. Misal dalam ajang balap, dengan kondisi yang tentunya cukup ekstrem

SUMBER : MOTORPLUS

Batasan Bore-Up Yamaha Byson, Bisa Sampai 200 cc !

OTOMOTIFNET - Meski belum lama beredar di pasaran, tapi cukup banyak pemilik Yamaha Byson yang pengin bore-up besutannya. Salah satunya Bro Paul dari Surabaya, Jatim. “Menurut hitungan OTOMOTIF, mesin Yamaha Byson itu maksimum bisa dijadikan berapa cc kapasitasnya dengan bore-up saja alias tanpa ganti kruk as dan setang piston?” tanyanya via surat elektronik.

Memang sih, beberapa bengkel di Jakarta belum ada yang menggarapnya.  “Mungkin karena masih baru jadi pemilik Byson belum berniat utak-atik jeroan mesinnya,” duga Teddy Cong, bos bengkel sekaligus speed shop PT Global Motorindo di kawasan Galur, Cempaka Putih, Jakpus.

Oke gak masyalah. Kebetulan OTOMOTIF sudah dapat spesifikasi blok silinder standar Byson dari pabrikan Yamaha Indonesia. Mulai ketebalan liner-nya serta jarak antara bibir luar liner ke bibir lubang baut silinder terdekat. Dari spek tersebut akan ketahuan seberapa banyak kemungkin pembesaran kapasitas mesin yang bisa dilakukan lewat cara bore-up saja tanpa naik stroker.

Untuk ketebalan liner bagian atas, saat diukur menggunakan sigmat mencapai 3,5 mm (gbr.1). Sedang liner sebelah bawah juga sama, terukur 3,5 mm (gbr.2). Nah, bila tetap ingin mempertahankan boring silinder bawaan motor, menurut Suar, mekanik tim balap Bintang Racing Team (BRT) di Cibinong, Jabar, boring standar tersebut masih bisa dikorter sampai ketebalannya tersisa minimal 1,5 mm.




“Artinya daging liner diambil sekitar 2 mm. Maka 2 x 2 mm (sisi kanan + sisi kiri) = 4 mm pembesaran maksimum diameter piston yang bisa digunakan dari standarnya,” bilang Suar. Dengan kata lain maksimalnya bisa dibore-up pakai piston berdiemeter 62 mm (piston standar Byson 58 mm). Kapasitas mesin yang akan didapat yaitu 174,7 cc atau dibulatkan jadi 175 cc. Cukup dong, segitu!

Tapi, lanjut Suar, untuk amannya buat pemakaian harian sebaiknya sisakan ketebalan boring sekitar 2 mm. Artinya daging liner silinder dibubut sekitar 1,5 mm. Bila dikalikan 2 berarti maksimum pembesaran diameter silinder yang bisa dilakukan hanya sekitar 3 mm dari standar (pakai piston 61 mm). Maka kapasitas mesin yang akan didapat yakni 169,1 cc.

Sementara kalau ingin bore-up yang lebih gede lagi, mau tak mau liner silinder mesti diganti pula dengan yang lebih gede. Untungnya jarak antara lubang baut silinder dengan bibir luar liner masih cukup banyak. Terukur sekitar 6,5 mm (gbr.3). Sehingga blok silinder Byson masih bisa dijejali boring yang lebih gede.

 
“Secara teori sih bisa pakai piston sampai berdiameter 70 mm,” tukas Suar. Soalnya kalau dihitung-hitung, kata Suar, jarak antara bibir dalam liner silinder ke bibir lubang baut silinder terdekat artinya 3,5 mm (tebal boring standar) + 6,5 mm (jarak bibir luar liner ke bibir lubang baut silinder) = 10 mm.

Misal ketebalan daging blok silinder antara lubang baut dengan liner pengganti mesti disisain 2 mm (menimbang faktor durability), lalu ketebalan liner pengganti disisakan 2 mm juga, berarti pembesaran diameter piston yang bisa dilakukan yaitu 6 mm x 2 = 12 mm. Dengan kata lain maksimal bisa dijejali piston berdiameter 70 mm. Kapasitas mesin yang akan didapat 222,7 cc, mendekati kapaisitas mesin Scorpio.

"Tapi tergantung ketebalan daging blok silinder bagian bawah dan bagian siripnya juga. Percuma kalau daging atasnya tebal tapi bagian bawah dan siripnya tipis, ya gak bakal muat dijejali boring terlalu gede. Selain itu, pakai piston berdiameter terlalu besar tapi spek kruk asnya enggak matching, terutama bobot bandulnya, torsi mesin gak bakal keluar maksimal. Kayaknya maksimal cukup pakai piston 66 mm saja (jadi 198 cc)," saran Teddy.

Untungnya pilihan piston gede buat Byson banyak, lo. Pasalnya diameter pin piston Byson sama kayak Mio, yakni 15 mm. Jadi bisa pakai piston gede aftermarket buat Mio bore-up.

SUMBER : MOTORPLUS